SURYA.CO.ID, PASURUAN – Puluhan anak-anak Hindu di Dusun Surorowo, Desa Kayukebek, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan hanya bisa pasrah belajar di salah satu ruang di Pura Kerta Giri Nata. Mereka belajar secara darurat di pura itu karena bangunan lembaga pendidikan agama Hindu, yakni Pasraman Kerta Giri Nata ini terkena longsor pada 2021, dan belum ada perbaikan sampai sekarang.
Sebenarnya ada bantuan untuk lembaga pendidikan agama Hindu ini pada 2022. Sayangnya, besarannya tidak sesuai dengan kebutuhan. Anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp 400 juta, namun hanya ada bantuan Rp 70 jutaan dan hanya cukup membangun pondasi.
Karena kondisi itulah, anak-anak generasi penerus bangsa ini harus mendalami pendidikan agama Hindu dalam ruangan yang tidak proporsional. Mereka harus belajar di dalam ruangan yang menjadi tempat penyimpanan alat-alat musik untuk kepentingan kegiatan keagamaan di pura.
Ruangannya hanya berukuran 4×5 meter. Di dalamnya gelap, dan hanya ada satu penerangan. Kendati demikian, kondisi itu tidak menurunkan semangat belajar mereka.
Sri Rahayu, salah satu pengajar mengatakan, sejak lembaga pendidikan terkena longsor, anak – anak langsung dipindahkan ke pura agar aktifitas di pasraman tetap berjalan. Ia menyebut, ini adalah tempat anak – anak memperdalam ilmu keagaaman. Di sini, anak – anak dilatih soal budaya, doa-doa, hingga kesenian Hindu.
Akan tetapi, kata Sri Rahayu, seiring dengan berjalannya waktu, ini juga menjadi lembaga pendidikan anak – anak untuk bekal masuk pendidikan Sekolah Dasar (SD). “Di Surorowo ini memang tidak ada pendidikan TK, jadi pasraman yang menjadi tumpuan mengajarkan anak – anak, mulai membaca dan sebagainya,” tambahnya.
Jadi pengajar di sini harus super telaten karena mengajarkan mereka dari nol. “Tetapi, berkat dukungan masyarakat disini, anak-anak bisa kita bina meskipun pertemuan hanya seminggu sekali,” jelasnya.
Menurutnya, karena keterbatasan waktu dan keadaan, pengajar yang masih kurang dan lain hal, sehingga pasraman ini menjadi tumpuan untuk anak-anak di sini. “Harapan kami ingin di Surorowo ada TK, tetapi fasilitasnya harus memadai. Minimal anak-anak bisa merasakan pendidikan yang layak,” paparnya.
Wadi, Ketua Pengurus Pasraman menjelaskan, jika di Islam, lembaga pasraman ini semacam madrasah diniyah (madin) atau pendidikan non formal. Ini berdiri tahun 2010. Pesertanya, kata Wadi, mulai anak – anak yang berusia dini sampai remaja akan mengenyam pendidikan di pasraman tersebut.
“Memang belum ada bantuan atau subsidi dari pemerintah terkait operasional lembaga pendidikan ini. Tetapi kami melakukannya secara sukarela,” kata Wadi.
Harapannya, lanjut Wadi, pemerintah bisa memperhatikan lembaga pendidikan untuk anak-anak Hindu ini. Minimal ada perhatian terkait pembangunan gedung. “Harapan kami, ada bantuan lagi yang diberikan agar pembangunan gedung untuk pendidikan bisa dilanjutkan kembali,” tegasnya.
Hal itu pun mendapat perhatian serius dari Sugiarto, Sekretaris Fraksi Partai Golkar yang berangkat dari daerah pemilihan (dapil) Tutur. Ia mengaku prihatin dengan kondisi bangunan lembaga pendidikan untuk anak – anak Hindu ini. Ini setara dengan madin untuk agama Islam.
“Kalau kita lihat, tidak ada sarana prasarana yang memadai. Sehingga hari ini, saya kumpulkan pak kades, pak kasun mari sama – sama mencari solusi,” ujar Sugiarto.
Pria yang juga menjabat Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Pasuruan ini mengaku akan mendorong Pemkab Pasuruan untuk segera memberikan bantuan untuk lembaga ini. “Nanti akan kami upayakan maksimal, jika memang tidak bisa akan saya usahakan agar segera mendapatkan bantuan untuk pembangunan gedung,” ungkapnya.
Disampaikannya, negara wajib hadir dalam rangka memberikan fasilitas pendidikan yang layak, nyaman dan memadai untuk anak – anak bangsa. Dalam kesempatan ini, Sugiarto juga memberikan bantuan sejumlah peralatan alat tulis untuk anak – anak Hindu di prasaman ini. *****