TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Sistem pendidikan tanah air yang terus mengalami perkembangan, otomatis berdampak pada strategi pembelajaran para guru.
Namun, target-target pembelajaran yang semakin ‘membebani’, jelas jadi kekhawatiran, bahwa hasil-hasil yang didapat hanya sebatas angka kosong tanpa makna.
Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) sebagai gerakan akar rumput pun mempercayai, perubahan sistem pendidikan ini tidak perlu menunggu orang lain.
Baca juga: Disdikpora Bantul Keluarkan Surat Imbauan agar Sekolah Waspadai Kasus Penculikan Anak
Keyakinan itu, lantas membuat GSM mengedepankan perkembangan komunitas agar lebih gencar dalam pendistribusian nilai pendidikan yang dianut.
Narasi-narasi tersebut, coba diejawantahkan GSM, lewat event tahunan Festival Sekolah Menyenangkan bertajuk ‘Menemukan Meraki dalam Kebersamaan’, di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Kamis (2/2/2023) pagi.
Meraki yang berasal dari bahasa Yunani, mempunyai arti melakukan sesuatu dengan cinta, kreativitas dan jiwa untuk mencapai saru tujuan pendidikan.
Founder GSM, Muhammad Nur Rizal, menyampaikan, komunitas bsia menjadi media untuk mencapai tujuan pendidikan, dengan merealisasikan jejaring guru yang saling membantu dan menumbuhkan.
Sehingga, setiap tahapan yang telah ditempuh dalam perjalalanan nan panjang ini harus bersama-smama dirayakan.
“Jangan sampai para guru hanya terkungkung pada rutinitas pekerjaan dan tuntutan memenuhi kebutuhan industri. Karena proses pembelajaran bukan sekadar itu, tapi harus menemukan diri sendiri,” jelasnya.
Adapun event Festival Sekolah Menyenangkan yang dipusatkan di Kota Yogyakarta ini menampilkan perwakilan dari 11 komunitas daerah, guru, kepala sekolah hingga kepala dinas, yang turut hadir.
Dalam kesempatan itu, mereka satu per satu memaparkan meraki masing-masing yang ditemukan lewat komunitas GSM.
“Di sini kita merayakan perjalanan, bukan pencapaian. Karena perjalanan di dunia pendidikan itu, kan, tanpa ujung, panjang dan melelahkan. Agar komunitas ini tidak capek dan bisa bermarathon,” urainya.
Total, terdapat 800 orang dari seluruh stakeholder pendidikan dan murid, yang berasal dari 15 daerah di tanah air, dari Jawa, Sumatera hingga Papua.
Deretan guru yang hadir pun mengisahkan penemuan meraki via komunitas ini, yang dinilai mampu menjadi alat para guru untuk menguatkan satu sama lain.
Baca juga: Dukung Pelaksanaan ATF 2023, Satpol PP Sleman Beberapa Lokasi di Sekitar Marriott Hotel Yogyakarta
“Setelah saya bertemu GSM dan berdinamika di GSM, saya kembali menemukan gairah cinta untuk mengajar anak-anak dengan sepenuh hati,” tandas salah seorang guru SD di Supiori, Papua, Elisabeth Dimara.
“Karena saya merasa diterima di GSM dengan penuh cinta, tanpa membeda-bedakan apapaun. Rasa itu yang ingin saya tebarkan ke anak-anak,” katanya.
Selain Festival Sekolah Menyenangkan, acara GSM tahun ini diikuti dengan agenda Simposium. Jika event festival lebih ditujukan kepada khalayak publik, maka Simposium lebih condong ke lingkup internal dengan mengundang perwakilan pegiat komunitas di seluruh Indonesia untuk berkumpul di Yogya. (aka)