Kurikulum dan Alat Bantu/Praktek Disesuaikan dengan Kebutuhan Peserta Didik – Cenderawasih Pos

Upaya SLBN 1 Jayapura Memantapkan Pembelajaran ke Peserta Didik

Sekolah Luar Biasa (SLB) memang sangat berbeda dengan sekolah biasa, terutama  dalam penyusunan bahan pedoman belajar. Karena untuk SLB memiliki peserta didik dengan berkebutuhan khusus, maka kurikukum yang disusun juga berbeda dengan memperhatikan kekhususan untuk peserta didiknya.

Laporan: Priyadi_Jayapura

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kepada para peserta didiknya, Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 1 Jayapura melaksanakan kegiatan In House Training (IHT) penyusunan rencana kerja tahunan dan buku pedoman guru tahun 2023 SLB N 1 Jayapura.

  Kegiatan yang dibuka oleh Kabid PKLK Dinas P2AD Provinsi Papua Laurent Wantik bersama Kepala SLB N 1 Jayapura Kamino berlangsung di SLBN 1 Jayapura, Kamis (19/1)kemarin hingga Sabtu besok.

  Laurent Wantik mengatakan, kegiatan IHT sangat penting untuk   sebuah lembaga pendidikan sebelum mulai tahun pelajaran baru, IHT akan membantu mereka apa yang mereka mau buat, apa yang mereka buat terkait pedoman untuk pembelajaran di tahun ajaran itu.

  “Hal yang saya tegaskan dalam materi IHT ini adalah teman-teman harus berkolaborasi antara satu dengan yang lain karena dunia pendidikan saat ini sudah dunia yang terbuka kita punya internet tidak bisa andalkan satu sumber, tapi sumber-sumber lain masih banyak dan kita lebih ditekankan pada pengembangan diri di kemandirian diri untuk bagaimana kita memperoleh informasi yang banyak terkait dengan pedoman penyusunan bahan ajar dan rencana tambahan ajar untuk 1 tahun ajaran itu,”katanya.

   Diakui, SLB dan sekolah biasa memang dalam penyusunan bahan pedoman belajar sangat berbeda,  karena untuk SLB memiliki peserta didik dengan berkebutuhan khusus maka kurikukum juga berbeda disusun dengan kekhususan untuk peserta didik, termasuk alat yang digunakan seperti alat bantu dan alat praktek yang digunakan.

   “Kami dari Dinas Pendidikan Provinsi Papua yang selama ini mengelola pendidikan khusus yang tahun ini adalah tahun pertama mengelola pendidikan sekolah luar biasa tentu kami akan lebih fokus lagi untuk hal-hal yang terkait dengan IHT,”ungkapnya.

  “Hal-hal yang terkait dengan fasilitasi biaya untuk orang asli Papua terutama siswa, fasilitasi untuk kesejahteraan guru SLB dan juga hal-hal yang lain terkait dengan sarana prasarana tentunya berdasarkan kelainan yang ada di sekolah luar biasa,” ujarnya.

   Ditambahkan, pihaknya punya akumulasi data di Papua  saat ini anak-anak yang berkebutuhan khusus terbesar adalah dari tuna grahita, dan tuna grahita ringan yang pertumbuhannya sangat besar, sekitar 80% dari jumlah semua sekolah yang ada di Provinsi Papua.

Menurutnya, ini sudah termasuk dengan DOB, kemudian anak  berkebutuhan khusus  tunarungu wicara,  tunanetra dan  ketunaan yang lain mulai dari tuna daksa, autis serta anak sulit belajar. Sehingga pemerintah saat ini mengharapkan semua penganggaran itu berdasarkan data (basis data).

  “Jadi kami punya data itu akan mengantar kita bagaimana kita membuat penganggaran, membuat kegiatan, sehingga kita fokus tahun ini adalah pada hal di atas,” ucapnya.

  Selain itu, amanat PP 106 perhatian pemerintah provinsi di Provinsi Papua turunan PP 106 itu turunan dari undang-undang khusus nomor 2 tahun 2021 hanya fokus untuk memperhatikan SLB,  sehingga dengan sejumlah masalah yang ada di SLB  bisa satu-satu untuk ditelusuri,   kedepannya SLB bisa lebih mandiri.

  Sementara itu, Kepala SLBN 1 Jayapura Kamino, mengatakan, kegiatan IHT program rutin yang dilakukan SLBN 1 Jayapura yang dilakukan setiap awal semester untuk para guru dengan dibekali materi menyangkut pembelajaran. Sehingga guru-guru nantinya pada saat memberikan pelajaran di kelas maupun di luar kelas mereka sudah punya perangkat pembelajaran, mereka tidak ada kesulitan.

   Kemudian materi-materi yang diberikan itu menyangkut dengan  materi  untuk pelayanan di kelas maupun di luar kelas termasuk juga materi yang akan dikaitkan dengan SKP itu materi-materi yang sangat penting bagi para guru khususnya yang ASN untuk usulan kenaikan pangkat.

   “Narasumber kami gunakan dari intern sendiri dari guru yang sudah mendapatkan pengalaman pada bulan Desember yang lalu, telah mendapatkan ilmu dari pusat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan khususnya direktur pendidikan khusus yang memanggil untuk wakil-wakil dari masing-masing wilayah atau provinsi untuk mendapatkan ilmu sehingga saat ini kami manfaatkan ilmu itu untuk ditularkan kepada teman-teman semua,”katanya

   Diakui, kegiatan IHT outputnya sangat baik karena memang ini untuk Sharing kepada teman-teman yang lain yang belum mempunyai pengalaman bisa mendapatkan pengalaman, yang sudah mempunyai  banyak pengalaman untuk bisa berbagi, mereka  sangat antusias sekali untuk bisa bersama mempunyai kesamaan persepsi untuk ilmu-ilmu yang harus diterima dan juga harus diterapkan, dan sebanyak 18 orang guru yang mengjkuti IHT dari jenjang SDLB, SMPLB dan SMALB.

  Menurut Kamino, setelah selesainya kegiatan ini peserta harus mengumpulkan tagihan berupa dokumen termasuk buku penyusunan buku pedoman guru dan buku pedoman guru itu nanti harus dibuat oleh teman-teman pada saat kegiatan ini selesainya nanti sudah berupa file yang bisa nanti dijadikan satu untuk  dijilid kemudian nanti menjadi pedoman untuk melaksanakan pembelajaran di kelas.

   Dan ini sebagai laporan yang akan akan diberikan ke  Dinas Pendidikan Provinsi Papua khususnya bidang Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus. Dimana dalam IHT akan dilakukan teori 40 persen dan praktek 60 persen. (*/tri)

Benchmark Pengelolaan CSR Pemerintah Kabupaten dan … – Diskominfo

DISKOMINFO INDRAMAYU – Pemerintah Kabupaten Indramayu bersama Pertamina Group melakukan studi banding ke Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur terkait program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) atau Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Regional Jatimbalinus (MOR V) dalam menginisiasi program Jemparing Wang.

Kunjungan kerja (kunker) bertajuk Benchmark Pengelolaan CSR Pemerintah Kabupaten dan Pertamina Group ini terdiri dari Bupati Indramayu Nina Agustina, Sekda Indramayu, Forkopimda Indramayu, Manager General Support T Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) VI Balongan, Asisten Daerah, Staf Ahli dan sejumlah kepala perangkat daerah di lingkungan Pemkab Indramayu.

Bertempat di Rumah Bambu Kampoeng Batara Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, Rabu (18/1/2023), rombongan kunker Benchmark Pengelolaan CSR Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indramayu bersama Pertamina Group disambut Lurah Kalipuro Slamet Suryono bersama jajaran.

Dalam sambutannya, Lurah Kalipuro Slamet Suryono mengucapkan selamat datang di Rumah Bambu Kampoeng Batara kepada Rombongan Kunker Pemkab Indramayu bersama Pertamina Group yang ingin mengetahui program Jemparing Wang sebagai salah satu upaya mengembangkan lingkungan masyarakat mandiri.

“Alhamdulillah, rombongan kunker dari Indramayu sudah sampai di kampung Batara. Mudah-mudahan dengan terjalnya medan yang dilewati tadi dapat terbayarkan dengan karya di kampung ini,” katanya.

Lurah Kalipuro Slamet Suryono menjelaskan, didirikannya Rumah Bambu Kampoeng Batara merupakan upaya melestarikan budaya dan memberikan pendidikan yang layak dan terdepan untuk anak-anak, sehingga diharapkan kepada para peserta kunker dapat mengambil nilai baik dan dijadikan inspirasi untuk desa-desa lain khususnya di Kabupaten Indramayu.

“Mudah-mudahan hadirnya bapak dan ibu kesini ada nilai baik yang dapat diambil, mudah-mudahan apa yang kami suguhkan ini dapat menjadi inspirasi untuk desa-desa lain khususnya di Kabupaten Indramayu Jawa Barat,” jelasnya.

Hal senada disampaikan pendiri Kampoeng Batara, Widie Nurmahmudy. Widie menjelaskan, keberadaan Kampoeng Batara itu adalah Kampung Baca Taman Rimba sebagai wadah kegiatan untuk memfasilitasi anak-anak agar terus sekolah, agar terus bangga terhadap kampungnya.

“Karena semakin pintar kalau tidak diberikan pengetahuan mengenai kampung, kita akan semakin jauh dari kampung kita,” ucapnya,

Widie Nurmahmudy menambahkan, rumah bambu ini disupport dari pihak Pertamina melalui Program CSR sejak Tahun 2020. Pihak pertamina juga memfasilitasi air bersih, sarana pendidikan berupa kendaraan transportasi mobil Elf, Team Kreatif Pendokumentasian di Kampung Batara dan Pengelolaan Kopi.

Sementara terkait kerajinan bambu, pihaknya terus berupaya bagaimana berinovasi terutama dalam memanfaatkan bambu menjadi kerajinan seperti halnya wadah makanan dimana dalam kegiatan apapun menggunakan besek yang terbuat dari bambu.

“Semua berupaya bagaimana menggunakan apa yang ada dikampung kami kita manfaatkan,” tambahnya.

Dipaparkannya, dalam Kampoeng Batara ini terdapat sekolah adat di Kabupaten Banyuwangi dengan kurikulum rujukan Kementerian Pendidikan dan Budaya untuk disebarkan di 105 sekolah adat di seluruh Indonesia dengan materi bagaimana menjaga bahasa dan seni budaya, tentang tanaman, pengenalan teknologi kearifan lokal.

Explorasi ke Taman Nasional Baluran

Selanjutnya, Bupati Indramayu Nina Agustina beserta rombongan melakukan Explorasi ke Taman Nasional Baluran dengan beberapa titik view yaitu evergreen, savana bekol dan pantai Bama yang terletak di Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur, Kamis (19/1/2023).

Pada kesempatannya, pihak Pertamina Group dengan kegiatan yang luar biasa ini melakukan explorasi di Taman Nasional Baluran, ada beberapa yang bisa dikejar dan banyak insight yang didapat serta rencana yang akan dilakukan.

Pemerintah Kabupaten Indramayu dan Pertamina Group beserta Forkopimda Indramayu melakukan explorasi ke Taman Nasional Baluran terkait kepariwisataan untuk bersama-sama melihat langsung sejumlah objek wisata evergreen, savana bekol dan pantai Bama yang masih berada dalam satu kawasan Taman Nasional Baluran.

Taman Nasional Baluran merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang ada di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kawasan ini memiliki ekosistem asli yang dikelola dengan sistem zonasi dengan tujuan penelitian, pendidikan, ilmu budidaya, hingga rekreasi. (Wns/MTQ–Tim Publikasi Indramayu)

Sidang Kanjuruhan, PSSI Sebut Suporter Indonesia Kurang Pendidikan

Jakarta, CNN Indonesia

Ketua Asprov PSSI Jatim sekaligus Anggota Exco PSSI Ahmad Riyadh mengatakan, suporter sepak bola di Indonesia, kurang berpendidikan.

Hal itu ia katakan saat menjadi saksi untuk dua terdakwa Tragedi Kanjuruhan, yakni Panpel Arema FC Abdul Haris dan Security Officer Suko Sutrisno.

Riyadh mulanya menjawab pertanyaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) perihal verifikasi dan kelayakan Stadion Kanjuruhan.

Ia lalu menyebut Stadion Kanjuruhan pada riwayatnya bisa digunakan untuk pertandingan kompetisi nasional hingga di tingkat Asia

“Melihat sebelumnya stadion itu juga digunakan oleh Arema, bahkan Piala Presiden, AFC tingkat Asia juga di sana. Jadi untuk menilai sebuah stadion layak atau tidak saat itu layak,” kata Riyadh, di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Jumat (20/1).

Ia lalu menjelaskan idealnya pertandingan sepak bola bisa berjalan aman dengan mencontohkan seperti yang terjadi di luar negeri. Penonton bisa tenang menyaksikan pertandingan bahkan dengan membawa anak dan keluarganya.

Dia lantas membandingkan dengan iklim penonton sepak Indonesia. Ia menyebut suporter di sini terlalu fanatik dan kurang mendapatkan pendidikan.

“Idealnya nonton sepak bola di luar negeri seperti nonton konser, dengan mengajak anaknya. Di kita fanatisme kental, pendidikan kurang, padahal suporter ini bagian klub, klub bagian PSSI, makanya kami merangkul semuaya,” ucapnya.

Tak hanya itu, Riyadh juga mengungkap, tak ada satupun klub di Indonesia yang memiliki stadion sendiri. Hal itu diakuinya sebagai kelemahan.

“Tidak ada satu pun klub di Indonesia yang punya stadion, stadion punya Pemda, ini kelemahan kita,” katanya. 

Riyadh merupakan satu dari 20 saksi yang dihadirkan oleh jaksa penuntut umum dalam sidang lanjutan kasus Kanjuruhan.

Selain Riyadh, jaksa juga turut menghadirkan saksi dari PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan Asprov PSSI Jatim, di antaranya Irjen Purn Sudjarno, Somad, Asep Saputra dan Muhammad Safiq selaku karyawan swasta PT LIB.

Sidang kasus Kanjuruhan sejauh ini masih pada tahap pemaparan saksi dari pihak-pihak terkait.

Lima terdakwa Tragedi Kanjuruhan telah menjalani sidang perdananya di PN Surabaya, Senin (16/1) kemarin.

Empat terdakwa di antaranya, yakni Ketua Panpel Arema Arema FC Abdul Haris, Danki 3 Brimob Polda Jatim AKP Hasdarmawan, Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto, dan Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi, didakwa Pasal 359 KUHP.

Sedangkan satu terdakwa lainnya, Security Officer Suko Sutrisno, didakwa Pasal 103 ayat (1) Jo pasal 52 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan.

(frd/gil)



[Gambas:Video CNN]


Sejarah, Pendidikan, dan Mahasiswa – Solopos.com

Solopos.com, SOLO – Indonesia  adalah bangsa yang majemuk. Keberagaman itu membentuk identitas Indonesia. Keberagaman itu mencakup kekayaan sumber daya alam, keanekaragaman suku, budaya, adat istiadat, sampai beragam kuliner khas.

Melimpahnya berbagai potensi berbasis keberagaman itu tak lepas dari pengaruh iklim yang bersahabat. Berbeda dengan negara-negara Eropa, Asia Tengah, maupun belahan bumi utara, Indonesia hanya mempunyai dua musim, yakni musim kemarau dan penghujan.

PromosiMayoritas Konsumen Pilih Tokopedia Jadi E-Commerce Paling Aman, Tepercaya dan Memuaskan

Iklim ini disebut oleh Anthony Reid (2020) sebagai iklim lunak, yakni kondisi ketika ketersediaan makanan pokok seperti beras, ikan, serta buah-buahan lebih pasti dibandingkan di sebagian besar dunia lainnya. Mafhum kiranya Indonesia mempunyai daya pikat tinggi.

Interaktif Solopos

Nusantara ini kemudian menjadi destinasi ekspedisi bangsa Barat. Bangsa-bangsa Barat singgah di Nusantara dengan berbagai motif, seperti perniagaan, mencari jalan baru pelayaran dunia, sampai persaingan dagang yang berbuntut ekspansi penguasaan wilayah serta monopoli rempah-rempah dan bahan pokok lainnya.

Efek domino kolonialisme-imperalisme bangsa Barat signifikan terjadi. Berbagai sektor dikuasai bahkan didikte secara otoriter dan represif, mulai dari kehidupan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, dan spiritual masyarakat Nusantara. Puncaknya mereka berhasil membuat bangsa ini sebagai bangsa yang terjajah, kalah, dan dieksploitasi secara besar-besaran.

Politik adu domba (devide et impera) sampai pertarungan kebudayaan pasca-Perang Jawa (1825-1830) marak terjadi. M.C. Ricklefs mencatat penindasan lewat penjajahan sesungguhnya baru terjadi pada 1830. Kekalahan pasukan Sabilillah yang dipimpin Pangeran Diponegoro jadi pemicu utama.

Setelah kekahalahan Diponegoro, Belanda tak mempunyai musuh yang selalu menyuarakan keadilan dengan jalan konfrontasi bersenjata. Kekuasaan sosial-politik wangsa Mataram habis, namun raja sebagai simbol tetap diakui walau urusan sosial-politik direnggut.

Babak baru dimulai ketika muncul kritik pedas atas penindasan di tanah jajahan. Kritik tersebut dikemas sedemikian rupa lewat novel yang berjudul Max Havelaar (1860) karya Multatuli. Novel ini menginisiasi lahirnya kebijakan politik balas budi kolonial terhadap tanah jajahan: politik etis.

Kebijakan baru ini bertujuan memperbaiki kehidupan rakyat bumiputra dengan tiga prinsip, yaitu pendidikan, perpindahan penduduk, dan pengairan. Lahirnya kebijakan baru ini juga didorong oleh C.Th. van Deventer lewat artikel yang berjudul Een Eereschuld (Suatu Utang Kehormatan).

Kuis Solopos - Seru-seruan Asah Otak

Pada era politik etis rakyat bumiputra mengalami beberapa kemajuan, terutama dalam bidang pendidikan. Politik balas budi ini setidaknya berhasil mendirikan berbagai sekolah mulai dari tingkat rendah sampai universitas. Ricklefs (2017) menjelaskan di tingkat rendah terdapat sekolah kelas satu (untuk golongan atas) dan sekolah kelas dua (untuk rakyat jelata).

Tingkat lanjutan terdapat Hoogere Burger School atau HBS. Tingkat universitas ada Technische Hoogeschool (Sekolah Tinggi Teknik) dan Rechtsshoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum).

Selain itu juga disediakan sekolah bagi calon pegawai pemerintah, yakni Opleidingscholen voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) dan sekolah bagi calon dokter dari kalangan pribumi, yakni School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA).

Corak pendidikan karya kolonial tersebut masih akrab dengan diskriminasi. Pribumi atau inlander dianggap tak pantas mengenyam pendidikan. Siswa pribumi sering mendapat ujaran rasialis. Walau aral melintang, semangat menuntut ilmu tak membuat gentar rakyat pribumi.

Terbukti dengan kegigihan H.O.S. Tjokroaminoto, Tirto Adhie Soerja, Soekarno, Wahidin Sudirohusodo, sampai Cipto Mangunkusumo mampu menamatkan pendidikan gaya Eropa yang diterapkan pemerintah Hindia-Belanda. Masing-masing tokoh tersebut merupakan lulusan OSVIA, HBS, dan STOVIA.

Formal dan Informal

Setelah kedaulatan secara de facto berhasil direbut. Berbagai sendi kehidupan bernegara mulai tumbuh, salah satunya bidang pendidikan. Negara ini mempunyai cara tersendiri mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan tidak hanya didapat pada instansi formal saja, namun juga pada instansi nonformal, salah satunya pesantren.

Dua kutub ini saling mengisi. Satu mendapat julukan pelajar atau mahasiswa, satunya lagi mendapat sapaan khas: santri. Dua elemen ini yang nantinya membawa perubahan besar pada bangsa ini. Tercatat sedari dulu mahasiswa mempunyai andil besar dalam proses pendewasaan bangsa.

Kilas Balik 2022 - Emagz Solopos

Lewat idealisme, pemikiran kritis-transformatif, serta kedewasaan moral-spiritual, mahasiswa mampu menuntun bangsa ini keluar dari jurang kebodohan dan kesengsaraan berlarut. Hal ini terekam dengan apik lewat cara-cara mereka menyuarakan aspirasi dan berada di barisan rakyat, membela yang lemah dan memerangi yang batil.

Berbagai jalan ditempuh guna menemukan keadilan. Aksi demonstrasi dan aksi pengorganisian massa menjadi aktivitas sehari-hari. Perjalanan panjang menapaki laju dinamika mahasiswa. Soe Hok Gie menuliskannya dalam catatan harian yang kemudian dirangkum dalam buku berjudul Catatan Harian Seorang Demonstran (2012).

Ia mencatat setidaknya mahasiswa mempunyai peran aktif dalam menanggapi isu sosial-ekonomi yang menjadi permasalahan zaman itu. Mulai dari  trituntutan rakyat atau tritura, protes penarikan mata uang, protes kenaikan harga bensin, sampai kenaikan karcis bus kota. Hal ini yang membuat mahasiswa geram dan memantik gerakan long march dari Salemba ke Rawamangun.

Betapapun mempunyai peran serta tanggung jawab sosial yang tinggi, mahasiswa tetap dituntut harus aktif dalam bidang akademis, terutama pada faktor kesarjanaan dan intelektualitas.

Pada era kehidupan baru kini, mahasiswa disuguhi arus informasi tanpa henti dan kemudahan mengakses Internet sampai big data yang tersebar di seluruh jaringan media sosial dan platform digital.

Mahasiswa sebagai agen perubahan dituntut harus aktif dan peka terhadap perkembangan zaman. Pada era free access ini seorang intelektual harus bijak dalam menggunakan teknologi. Seyogianya, sebagai seorang terpelajar, mahasiswa memberikan terobosan-terobosan baru perihal ini.

Jangan sampai perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berdampak buruk pada iklim intelektual mahasiswa. Kemudahan akses informasi harus berdampak bagus pada alam intelektualitas mahasiswa. Selain harus peka terhadap digitalisasi zaman, seorang intelektual harus mempunyai kemampuan literasi yang tinggi.

Beriklan Dengan Kami

Mahasiswa harus getol membaca buku sampai berdiskusi. Jangan sampai mahasiswa asing dengan hawa akademis seperti yang diwariskan Plato (Ashadi Siregar, 1979: 30). Dialektika harus senantiasa dipupuk dan dipelihara dalam tiap napas kegiatan di kampus. Ironis jika mahasiswa terlena dengan perkembangan zaman.

Selayaknya arus perkembangan teknologi menjadi pendorong mahasiswa sebagai pionir penerus bangsa semakin giat menuntut ilmu. Belajar dari zaman penindasan, wajah muram pendidikan Indonesia terpampang jelas. Sekat-sekat antarkelas memperuncing keadaan. Klasifikasi kelas menjadi hulu persoalan rasialisme.

Diskriminasi menjadi keseharian dalam sistem pembelajaran ini. Penduduk di tanah ini didigiring dalam polarisasi jahat dengan beragam konflik horizontal muncul di berbagai daerah. Keberpihakan mahasiswa kepada rakyat harus menjadi harga mati, terlebih pada zaman serbamudah ini.

Seorang intelektual dituntut harus menjadi eksponen penggerak dan aktif dalam hiruk-pikuk kegiatan sosial. Mampukah dengan berbekal ilmu dan pengetahuan yang cukup seorang mahasiswa membawa angin segar perubahan? Atau malah sebaliknya?

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 17 Januari 2023. Penulis adalah mahasiswa Program Studi Sejarah Fakultas Adab dan Bahasa Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta)

Program TJSL PT PLN: Fokus pada Pendidikan, UMKM dan Lingkungan Hidup

KUPANG, VICTORYNEWS-PT PLN (Persero) melalui Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara terus memantapkan komitmen untuk menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Program TJSL ini secara keberlanjutan diwujudkan dalam program yang dapat membangun kemandirian bagi para penerima manfaat dan tentunya selaras dengan transformasi yang dilakukan oleh PLN.

PLN UIP Nusra telah melaksanakan program-program unggulan TJSL yang mampu menghadirkan nilai tambah bagi perusahaan, yakni pendidikan, UMKM dan lingkungan Hidup.

Baca Juga: Keluarga Besar Abusur-Lekedai Loi Lira Diminta Ambil Bagian dalam Penanganan Stunting di Kota Kupang

“Program ini melalui pelaksanaan program Creating Share Value (CSV) dan Sustainable Development Goals (SDG’s) pada tiga fokus kategori yakni, Pendidikan, UMKM dan Lingkungan Hidup,” ujar Senior Manager Perizinan, Pertanahan dan Komunikasi PLN UIP Nusra, Dede Mairizal, Jumat (20/1/2023).

Ia menyebut, sepanjang tahun 2022,PLN UIP Nusra telah menjalankan 42 program melalui TJSL PLN Peduli yang tersebar di provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

“Beberapa program PLN Peduli tersebut bertumpu pada pengambangan pilar untuk mendukung pencapiaan tujuan pembangunan berkelanjutan, seperti pilar pembangunan sosial, pendidikan, ekonomi, dan ekosistem lingkungan,” sebut Dede.

Dede menjelaskan selain bertugas untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur kelistrikan yang andal, pihaknya juga akan terus menjalankan program yang sesuai dengan SDG’s dan berpedoman pada ISO 26000 untuk hadir memberikan dampak sosial kepada masyarakat melalui program PLN Peduli.

Baca Juga: Keluarga Besar Abusur-Lekedai Loi Lira di Kota Kupang Gelar Natal dan Tahun Baru 2023

Tahun 2022, kata dia, PLN fokus pada program pengembangan UMKM, pengembangan desa wisata, penanganan isu sosial, lingkungan hidup dan ekosistem serta pemberdayaan komunitas.

Menguatkan Nilai Pendidikan yang Berkarakter Setelah Pandemi dengan 3R

RADARSEMARANG.ID tidak terkait dengan materi/konten iklan berikut ini.

RADARSEMARANG.ID, SAAT ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi.

Dominasi penekanan belajar di rumah selama dua tahun karena pandemi kepada peserta didik, membuat banyak peserta didik yang mengalami learning loss atau pandemic slide. Itu juga terjadi di sekolah penulis SMK Negeri 2 Bawang, Kabupaten Banjarnegara. Peserta didik harus benar-benar mendapat “kawalan” akibat hilangnya keterampilan akademik dan pengetahuan selama pandemi.

RADARSEMARANG.ID tidak terkait dengan materi/konten iklan berikut ini.

Guru harus berubah, menganalisis, memberi metode yang sesuai dengan kondisi anak. Karena sejatinya, menariknya sebuah pembelajaran berpengaruh terhadap antuasias peserta didik dan juga berpengaruh terhadap daya tangkap peserta didik.

3R bisa dilakukan dan menjadi jawaban yang ditunggu-tunggu oleh sistem pendidikan di Indonesia dalam menghadapi masalah ini. Pandemi sudah berlalu, namun imbasnya masih terasa sampai sekarang. Rebuild merupakan program membangun potensi guru di Indonesia dengan mempermudah penyediaan pelatihan atau kegiatan yang bisa meningkatkan soft skill dan hard skill yang dimiliki guru.

Apalagi guru yang mengajar di SMK, sebaiknya menerapkan konsep 3R dalam pembelajarannya, wajib mengikuti magang dan perlu dibekali pemahaman mengenai apa yang dibutuhkan dunia industri saat ini. Dan saya sebagai guru bahasa Inggris, ketika menerapkan pola 3R dalam kegiatan belajar dan mengajar merasakan imbasnya.

Tidak hanya semangat, antusiasme, serta nilai yang meningkat, tapi karakter dan pola pikir peserta didik berubah, serta tercipta “positive vibe” di kelas yang diampu. Bukankah itu yang selama ini diinginkan para guru?

Kurangnya pemahaman guru mengenai dunia usaha dan dunia industri, membuat apa yang mereka ajarkan hanya bersifat kilasan materi dan terkadang peserta didik tidak dibekali cara membangun ulang mindset bagaimana cara berjalan orang sukses? Dan bagaimana komunikasi yang aktif dan berkelas.

Apalagi terkadang guru lupa memberi pelajaran hidup tentang cara mengasah intuisi, cara bermimpi tinggi, cara bersabar ketika mimpi tidak sejalan dan segudang ilmu yang tidak akan pernah ada dalam kurikulum merdeka sekalipun.

Penguatan atau reinforcement mutlak dan wajib dilakukan setelah dilakukannya rebuild. Reinforcement di sini tidak sekadar penguatan ketika pembelajaran berlangsung, namun justru harus berkesinambungan dan dilanjutkan di lingkungan sekolah, social, serta di lingkungan keluarga. Stronger reinforcement terlihat sederhana, namun mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi peserta didik. Peserta didik yang dihargai setiap kerja kerasnya (bukan hanya bersifat numerik alias nilai yang bagus) saja, pandangan positif peserta didik tentang kegagalan pun perlu diapresiasi.

Dan program yang ketiga yaitu Reward. Respon positif (reward) bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik frekuensinya akan berulang atau bertambah. Sedang respon yang negatif (punishment) bertujuan agar tingkah laku yang kurang baik itu frekuensinya berkurang atau hilang.

Baik guru, lingkungan sekolah, keluarga, dan juga lingkungan sosial di Indonesia harus belajar banyak melihat kelebihan seseorang dibandingkan kekurangannya, termasuk cara menilai peserta didik yang kita ajar.

Kita perlu melatih dan mengajarkan konsep “keras terhadap diri sendiri, lunak terhadap orang lain” kepada peserta didik kita. Tunjukkan pada mereka cakrawala luas pendidikan yang menginspirasi. Karena belajar, bukan melulu sekadar putaran angka. Selalu akan ada pelangi setelah hujan datang. Mari sukseskan pendidikan di Indonesia dengan 3R. (*)

Guru Bahasa Inggris SMK Negeri 2 Bawang, Kabupaten Banjarnegara

Faktor Ridha Orangtua pada Pendidikan Anak | PWMU.CO

Moderator Khalid Idris (kiri) dan pembicara dalam Sharring Session Aksi Foskam SD/MI Gresik. Faktor Ridha Orangtua pada Pendidikan Anak (Wafiqotin Nazihah/PWMU.CO)

Faktor Ridha Orangtua pada Pendidikan Anak; Liputan Wafiqotin Nazihah, Kontributor PWMU.CO Gresik.

PWMU.CO – Pilar tertinggi dalam keberhasilan pendidikan karakter anak adalah faktor keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik S. Hariyanto SPd MM pada Sharing Session Aksi Foskam Gresik Bersinar (Bersih Narkoba), Selasa (27/01/2023) di Atrium Gressmall, Gresik, Jawa Timur.

“Pengguna narkoba rata-rata adalah anak broken home. Maka dari itu faktor keluarga harus terus dibina agar tidak sampai salah langkah,” katanya.

Acara sharing session yang berlangsung kurang lebih dua jam ini berhasil mendobrak semangat para guru yang hadir. Hal ini tampak pada antusiasme para dewan guru yang mengikutiacara dari awal hingga akhir.

Kepada seluruh guru SD/MI Muhammadiyah se-Kabupaten Gresik yang hadir Hariyantomenyampaikan, lembaga pendidikan harus mampu menjadi ujung tombak dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba.

Dia juga mempertegas perilaku anak tidak terlepas dari ridha orangtua. Kita sebagai orangtua harus hati-hati. Jika orangtua meridhai anaknya, dengan menunjukkan kasih sayangnya, maka anak akan tumbuh menjadi anak yang baik. 

“Begitu pula sebaliknya, jika orangtua membenci anaknya dan tidak meridhainya, maka anak akan cenderung berperilaku tidak baik,” ujarnya.

Hariyanto mengutip dari surah at-Taghabun ayat 14 tentang jika di antara keluarga kita ada yang tidak patuh termasuk yang terlanjur terperangkap narkoba maka pada orangtuanya untuk memaafkan, santuni, dan ampuni.

Selain Hariyanto, tampil sebagai pembicara adalah Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Gresik AKBP Kartono SH MHum; Utusan dari Kementrian Agama Kabupaten Gresik Khofiyul Arif SPd; dan Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik Ir Dodik Priyambada SAkt. Acara dimoderatori oleh Kepala SD Muhammadiyah 1 Sringinanom, Gresik, Kholiq Idrsi SPd. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Bupati Garut Ingatkan Para Kepala Sekolah untuk Tidak Membebani Masyarakat

PORTALJABAR, KAB. GARUT – Bupati Garut Rudy Gunawan mengingatkan seluruh Kepala Sekolah khususnya di jenjang SD dan SMP, untuk tidak membebani masyarakat dalam rangka melaksanakan pendidikan dasar.

Hal itu disampaikan langsung oleh Bupati Garut seusai melaksanakan kegiatan Apel Gabungan terbatas dengan seluruh jajaran Dinas Pendidikan Kabupaten Garut yang dihadiri oleh Kepala Sekolah, pengawas, dan yang lainnya di Lapangan Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Garut, Kamis (19/01/2022). 

“Jadi kepala sekolah ini, saya ingatkan untuk mendorong bukan membebani masyarakat dalam rangka melaksanakan pendidikan dasar. Jadi kita menghindari hal-hal (memberatkan) yang berhubungan dengan masyarakat,” ujarnya.

Selain hal tersebut, imbuh Rudy, tujuan apel dengan para kepala sekolah ini juga untuk melihat kesiapan para kepala sekolah dalam mengimplementasikan Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan dan Ristek Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah, karena menurutnya dalam waktu dekat akan ada beberapa rotasi mutasi di jabatan kepala sekolah.

“(Yang dirotasi mutasi sekitar) 12 (orang) kalau SMP, kalau SD itu ada yang kosong itu 92, 92 SD itu akan kita isi dari sekolah, makanya dikumpulkan dewan pendidikan, pengawas,” ucapnya.

Bupati Garut menegaskan sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Garut tidak ada pungutan liar (pungli), melainkan adanya sumbangan masyarakat.

Bupati Garut menilai hal tersebut tidak melanggar aturan yang ada, akan tetapi ia mendorong agar sekolah tidak memberatkan masyarakat, di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang sedang mengalami kesulitan pasca diterpa COVID-19.

“Bukan tidak dibolehkan (sumbangan masyarakat), dibolehkan (karena) itu tidak ada aturan yang melanggar, tapi sementara ini saya minta karena situasi ekonomi (masyarakat sulit), (sebaiknya) memberikan dorongan kepada masyarakat untuk bersemangat anaknya sekolah, (jadi) tidak ada pungli,” ujarnya. (rdp*)

Terima Banyak Laporan, Ombudsman RI Dorong Sektor Pendidikan di Jateng Berbenah

 

SEMARANG, KOMPAS.com– Perwakilan Ombudsman RI Jawa Tengah, Siti Farida memuji untuk Tahun 2022 ini rapor kepatuhan Provinsi Jateng bagus. Namun di sisi lain laporan yang ia terima juga meningkat.

Termasuk di Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, pemerintah desa menjadi substansi yang sangat banyak dilaporkan kepadanya.

Baca juga: SMP di Kudus Jual Seragam, Ombudsman Jateng Sebut Kepala Sekolah Terbukti Lakukan Maladministrasi

 

Disebutkan, sekitar 700 laporan ia terima sepanjang 2022, dan 70 di antaranya dari sektor pendidikan.

Hal itu disampaikan saat menghadiri Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Pelayanan Publik dan Penyerahan Hasil Penilaian Kepatuhan Standar Pelayanan Publik Tahun 2022, di Gradhika Bhakti Praja, Jumat (20/1/2023).

“Biro organisasi dan inpektorat bisa melakukan sidak ke cabang-cabang Dinas Pendidikan, karena untuk provinsi yang perlu dibenahi Dinas Pendidikan. Itu yang harapannya bisa seperti Dinas Kesehatan nggih,” tutur Farida.

Baca juga: Ombudsman Jateng Terima Puluhan Laporan Soal Pungutan di Sekolah Negeri

Farida meminta semua pihak untuk tidak khawatir saat Ombudsman RI melakukan sidak. Pasalnya ia tidak mencari- cari masalah, tapi justru mengajak duduk bersama dengan kepala dinas dan bagian terkait untuk membenahi.

“Kalau ada laporan nanti kita sama-sama selesaikan. Ini yang memang masih perlu diperkuat, nanti kita langsung ngaturi notes, catatan-catatan yang perlu diperbaiki,” ujarnya.

Ia berharap semua kinerja membaik karena esensi pelayanan adalah untuk mendatangkan kebahagiaan bukan sekedar kepuasan yang tak ada batasnya.

Lebih lanjut, Pimpinan Ombudsman RI Robert Na Endi Jaweng mengapresiasi tiga dinas di Pemprov Jateng yang dinilai telah memperbaiki standar pelayanan, yakni Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dan Dinas Sosial.

“Pembenahan-pembenahan itu bisa terlihat secara optimal, hasil penilaian Ombudsman RI ini harus dibuktikan dengan nyata dan signifikan dirasakan benar oleh masyarakat,” ujarnya.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo didampingi Na Endi Jaweng menyerahkan hasil penilaian ke sepuluh pemerintah kota dan kabupaten terbaik di Jateng.

Pemkab penerima hasil penilaian kepatuhan terbaik, Kabupaten Grobogan, Banyumas, Kendal, Kudus dan Kabupaten Tegal. Adapun dari pemerintah kota penerimanya adalah Kota Magelang, Surakarta, Pekalongan, Tegal dan Salatiga.

 

 


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Semangat Berbagi Siswa Kristiani sebagai Implementasi Pendidikan Karakter

RADARSEMARANG.ID tidak terkait dengan materi/konten iklan berikut ini.

RADARSEMARANG.ID, BERBAGI merupakan aksi nyata sebagai wujud kasih kepada sesama. Berbagi identik dengan kegiatan memberikan sesuatu kepada orang lain. Pemberian kepada sesama dapat berupa materi (barang, uang, ilmu), tenaga maupun pikiran serta dukungan moral kepada sesama.

Berbagi merupakan salah satu wujud nyata pelaksanaan pendidikan karakter dengan nilai peduli sosial. Berbagi adalah memberi atau menerima sesuatu dari barang, cerita, kisah, uang, makanan, dan segala hal yang penting bagi hidup kita, berbagi juga bisa kepada Tuhan. sesama, alam, dan setiap hal di bumi ini (Guntur Saleksa Utama:2020).

RADARSEMARANG.ID tidak terkait dengan materi/konten iklan berikut ini.

Selama ini ada beberapa hambatan dalam melaksanakan kegiatan berbagi kepada sesama terutama di kalangan siswa Kristiani di SMA Negeri 1 Jetis, Bantul. Adapun hambatan-hambatan tersebut diantaranya sikap kurang peduli, kurang berempati, merasa tidak punya banyak materi, acuh, apatis, egois,tidak ada inisiatif, terlalu berat jika dilakukan secara pribadi dan masih banyak lagi.

Pelaksanaan kegiatan berbagi oleh siswa Kristiani di SMA Negeri 1 Jetis sendiri dapat dilakukan dalam bentuk persembahan secara pribadi saat ibadah bersama biasanya berupa uang. Dari persembahan tersebut juga kemudian diwujudkan dalam aksi sosial dalam kegiatan tertentu.

Adapun kegiatan berbagi kepada sesama yang pernah dilakukan siswa Kristiani SMA N 1 Jetis yaitu pemberian barang kebutuhan pokok kepada salah satu Panti Asuhan di daerah Bantul Yogyakarta. Di mana sumber dana untuk kegiatan berbagi tersebut berasal dari persembahan yang dilakukan oleh seluruh warga Kristiani SMA N 1 Jetis Bantul Yogyakarta baik siswa maupun bapak ibu guru karyawan.

Proses pelaksanaan pemberian paket barang kebutuhan pokok tersebut, sebelum hari pelaksanaan dibelanjakan barang dengan siswa yang berbelanja dan memilih sendiri barang kebutuhan pokok yang akan diserahkan ke panti asuhan. Setelah itu paket barang kebutuhan pokok diberikan / didistribusikan ke panti asuhan bersama siswa yang dituju dengan melakukan koordinir terlebih dahulu.

Dengan adanya kegiatan berbagi kepada sesama tersebut (dalam hal ini anak-anak penghuni panti asuhan), siswa Kristiani di SMA Negeri 1 Jetis, Bantul, Yogyakarta dapat menerapkan nilai Pendidikan karakter terutama nilai kepedulian sosial.

Di antaranya siswa Kristiani mampu belajar banyak hal yaitu mewujudkan bentuk solidaritas kepada sesama yang membutuhkan, sebagai wujud kasih kepada sesama yang membutuhkan, belajar memberi materi dalam jumlah yang tidak terlalu besar, menyisihkan sebagian yang mereka miliki untuk sesama, pemberian bantuan akan terasa ringan jika dilakukan bersama-sama (jadi tidak ada alasan untuk tidak memberi karena tidak memiliki cukup harta atau uang) membiasakan diri untuk memberi, lebih bersyukur dan lebih lega serta bersukacita bisa menyisihkan sebagian uang atau barang miliknya meskipun dalam jumlah yang kecil, menumbuhkan empati di kalangan siswa Kristiani di SMA Negeri 1 Jetis, Bantul, Yogyakarta.

Selain itu ada kepuasaan tersendiri yang dirasakan oleh siswa Kristiani karena mereka bisa terlibat dalam seluruh proses kegiatan berbagi tersebut mulai dari memberikan persembahan dari masing-masing siswa Kristiani, membelanjakan dari uang persembahan mereka sendiri serta menyalurkan secara langsung ke panti asuhan.

Siswa juga sangat antusias dalam membelanjakan dan memilih sendiri barang kebutuhan pokok yang akan disalurkan ke panti asuhan. Mereka sangat menikmati keseruan saat berbelanja kebutuhan pokok tersebut.

Hal yang paling utama dengan dari kegiatan berbagi yaitu siswa Kristiani dapat menerapkan nilai pendidikan karakter lebih tepatnya pada kepedulian sosial, dapat menjadi penyalur berkat bagi sesama, ikut terlibat dalam mewartakan kabar gembira serta dapat menjadi “garam dan terang dunia.”. (ips/zal)

Guru SMAN 1 Jetis, Yogyakarta